Rabu, 11 April 2012

Grunge dalam dalam nada-nada sosial

Grunge sebagai sebuah mainstream, mengandung bermacam-macam filosofi. Secara umum dan paling gampang di bandingkan adalah dari penampilan fisik para musisi Grunge, yang kala itu berlomba dengan sebuah jaman yang disebut Hairmetal, Sweet Rock dll. Makhluk-makhluk grunge yang penampilannya sangat sederhana dan casual beradu dengan makhluk-makhluk yang berpenampilan "Wah" dan "Elegan". Disini Grunge sudah mengajarkan tentang kesederhanaan, saya menyimpulkan kesederhanaan karena mereka berpenampilan sangat apa adanya, bukan joroknya Cobain yang gak pernah mandi atau gembelnya rambut Eddie Vedder (lihat aja di video Pearl Jam yang tampil di Loolapaloza tahun 1992, betapa gembel dan kumelnya rambut si Eddie). Tapi penampilan apa-adanya mereka. Perbedaan pemaknaan itu sedikit terbersit dalam film The Rocker (2008) yaitu cara pandang terhadap music antara generasi Glam Glam Rock dan generasi Modern Rock. 

Grunge dalam Nada Sosial.

Dari ribuan musisi yang namanya terkemuka di bumi ini, banyak diantara mereka yang menjadi aktifis sosial, peduli dengan keadaan di sekitar mereka, dan tidak melulu mengurusi tentang pembajakan album atau apalah itu yang mengganggu kemakmuran mereka. Bila di telaah lebih lanjut lagi musisi-musisi yang berani menjadi aktifis sosial, berani merubah dunia berusaha membuat dunia ini lebih baik itu mencoba memberi contoh kepada para fans untuk berbuat serupa walaupun tak sebesar apa yang mereka perbuat.

Pearl Jam, salah satu band Grunge yang bertahan hingga tahun-tahun ini, adalah salah satu diantara musisi dunia yang peduli dengan isu-isu global yang melanda bumi ini. Dimulai ketika mereka berkampanye menentang monopoli penjualan tiket konser. Lalu tahun 1998 ketika mereka dengan iseng merekam lagu "Last Kiss" (lagu yang oleh beberapa fans dianggap sebagai titik awal perubahan Pearl Jam menjadi band pop) ketika checksound, keisengan yang berawal dari pemikiran "bagaimana jika Pearl Jam menyanyikan lagu pop??". Tanpa disengaja nama Pearl Jam makin mendunia dari lagu itu, lagu yang menduduki posisi atas tangga lagu di banyak negara di dunia. Oleh karena kesuksesan lagu itu, tahun 1999 lagu itu masuk dalam kompilasi "No Boundaries: A Benefit for the Kosovar Refugees" lagu yang membantu menghasilkan uang sekitar 10 juta dollar untuk bantuan bagi pengungsi kosovo. Bahkan lagu-lagu dalam album "Riot Act" (2002) dan "Pearl Jam" (self titled - avocado cover) yang lirik-liriknya bertemakan sosial dan mempertanyakan hakekat dari peperangan yang tidak jauh dari penderitaan. Isu yang sangat relevan dengan kondisi dunia kala itu. Selain itu personil-personil Pearl Jam juga aktif dalam kegiatan sosial. Jeff Ament pernah menggalang dana dengan mendaki gunung Kilimanjaro untuk menyumbang LSM Save The Children. Stone Gossard yang adalah seorang aktifis lingkungan hidup, sangat peduli dengan pengurangan emisi karbon, terutama bagi kegiatan-kegiatan Pearl jam dan  merupakan salah satu anggota dari "Wild Salmon Center" sebuah organisasi konservasi internasional yang berbasis di Portland, Oregon, Amerika Serikat. Mike McCready yang adalah seorang penderita "Crohn's Disease" selalu tampil dalam konser amal untuk Chrohn's and Colitis Foundation of America", beliau juga selalu mengkampanyekan bahaya dari penyakit ini. Ed Vedder, dengan begitu banyak aktifitas dan kritik sosialnya. Yang kayaknya kalo di bahas satu persatu akan membuat artikel ini bertele-tele

Alice in Chains, yang pada tahun 2002 menyatakan bubar setelah kematian Layne Staley. Hingga pada tahun 2005 para punggawa yang tersisa, Mike Inez, Jerry Cantrell dan Sean Kinney bergabung kembali, menutup kepedihan mereka karena kepergian Layne Staley untuk satu tujuan "Konser penggalangan dana untuk bencana Tsunami di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sebelumnya dalam lirik-lirik lagu Alice in Chains juga tersirat tentang beban korban perang Vietnam yang adalah ayah dari Jerry Cantrell sendiri.

Masih banyak aktifitas sosial dari para musisi Grunge yang informasinya tidak terakses oleh publik. Cerita tentang Pearl Jam dan Alice in Chains diatas hanya sebagai contoh tidak dalam maksud mendeskriditkan musisi atau band Grunge lain, namun oleh karena keterbatasan sumber informasi yang bisa di akses.

Dan bila di cermati band-band grunge yang menyajikan lirik yang kelam sering kali mengambil tema kritik sosial. Bahkan band-band Gruge Indonesia pun mengusung tema kritik sosial dalam beberapa lagunya. Contohnya Navicula - Suram Wajah Negeri, Cupumanik - Luka Bernegara. 

Sebagai Manusia-manusia Grunge
Manusia-manusia Grunge sebagai makhluk merdeka tentunya memiliki kebebasan dalam memilih dan menjalani hidupnya. Namun hakekat sebagai makhluk sosial (layaknya di buku pelajaran IPS SD), tak bisa dipungkiri bahwa terdapat begitu banyak aspek dalam kehidupan yang tidak bisa di abaikan. 
Di Indonesia sendiri bila di lihat dari Grup Pearl Jam Indonesia di Facebook terdapat 3366 manusia Grunge (per tanggal 12 April 2012). Bukan jumlah masa yang sedikit, dan merupakan sebuah potensi yang luar biasa untuk menciptakan sebuah karya bersama, sebuah karya sosial yang tentunya membawa manfaat bagi banyak orang diluar sana. Siapakah yang mampu menggali dan memberdayakan potensi dari 3366 jiwa itu?? bisa jadi anda, dia atau siapapun disana. 

Perwujudan dari eksistensi sebuah komunitas manusia yang dalam darahnya terdapat racun Grunge, mungkin sebagai individu manusia Grunge tidak membutuhkan eksistensi yang kadang bila pengakuan terhadap eksistensi tersebut terlalu berlebihan malah menumbuhkan bunga keangkuhan. Namun Grunge sebagai sebuah komunitas, layak untuk tetap hidup. Layak untuk menjadi "Garam Dunia", membuat dunia yang getir ini menjadi lebih berasa untuk manusia-manusia lainnya walau mereka tidak mengenal kata Grunge. 

Sebuah andai-andai tolol yang berjudul lugas
"Grunge dalam nada-nada sosial"

dibuat dengan sedikit iringan beer mulai tanggal 11-12 April 2012

untuk menghormati mereka...



 

4 komentar:

  1. wew.. temanya hampir sama kayak artikel kedua saya buat lomba blog.. :)

    salam kenal bang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga Ayu.. tulisan anda sangat apik... rapi dalam bahasa dan penulisannya.. sepertinya saya mesti belajar banyak dari anda

      oh iya saya add fb anda...

      Hapus
  2. Kira2 saya bisa dapat dimana ya nyanyian merah itu? Kebetulan belum dengar. Cuma tahu lagu2 untuk Munir by ERK dan Navicula saja.

    BalasHapus